Pada tulisan kali ini kita akan
fokus membahas ateisme. Aku ingin memulainya dengan membaca kutipan F.W.
Norwood “Tragedi terbesar kehidupan
adalah ketika seseorang kehilangan Tuhan dan tidak merindukan-Nya.” Para
ateis mengaku mereka bisa menjelaskan keberadaan manusia melalui ilmu
pengetahuan, melalui Big Bang, dan evolusi karena jawaban ini memuaskan mereka.
Masalahnya teori Big Bang dan evolusi bertentangan dengan ilmu pengetahuan.
Kenapa? Karena prinsip umum dari ilmu pengetahuan adalah konsep entropi.
Entropi adalah sebuah prinsip yang mengatakan semua akan menjadi kacau kecuali
ada yang mengendalikannya. Jika ada yang mengatur dalam suatu proses, barulah
proses itu berjalan dengan teratur.
Tapi apakah kita dapat percaya bahwa
Big Bang, kejadian yang paling dashyat dalam sejarah, dimana semua materi dan
energi di jagat raya berkumpul dalam sebuah inti yang sangat padat kemudian
meledak hingga menciptakan jagat raya yang diameternya
240.000.000.000.000.000.000.000 mil dan hal ini terjadi karena kebetulan? Dan
ledakan ini bukannya menghasilkan kekacauan tapi malah menghasilkan kesempurnaan
dalam harmoni? Dan milyaran galaksi tapi tidak satupun yang bertabrakan satu
sama lain?
Dan juga apakah kita harus percaya
bahwa evolusi yang merupakan proses perkembangan elemen-elemen primitif, amino
acid yang merupakan dasar dari terbuatnya dinding protein yang berkembang
menjadi organisme bersel tunggal. Kemudian organisme bersel tunggal berevolusi
dalam jangka waktu jutaan tahun menjadi berbagai macam makhluk hidup dan hal
ini menciptakan keberagaman kehidupan? Sekali lagi proses ini seharusnya menjadi
kacau jika tidak ada yang mengendalikan bukan malah menjadi sempurna. Karena alasan
itu, para peneliti sekarang telah memungkiri konsep evolusi dan memberi label “The
Intelligent Design.” Mereka menyimpulkan tidak mungkin semua ini terjadi tanpa
ada pengendalian dari kuasa yang lebih tinggi.
Dan ada masalah lain juga, contohnya
evolusi atau seleksi alam bisa menceritakan tentang keragaman hayati. Dia dapat
menjelaskan mengapa kuda jutaan tahun lalu bertubuh pendek dan kemudian mereka
menjadi tinggi. Dia dapat menjelaskan darimana asalnya dinosaurus dan kemana
mereka pergi.
Tapi yang tidak dapat dijelaskan
adalah keberadaan nyawa. Darimana asal nyawa dan bagaimana mungkin nyawa juga
berevolusi? Darimana kehidupan berasal? Ketika makhluk hidup atau hewan mati, terkadang
organnya masih berfungsi. Jika organnya masih berfungsi, tapi kenapa tubuhnya
mati? Kemana hidupnya pergi dan darimana asalnya? Kita bisa mentransplantasi
hampir semua organ di tubuh, kita bisa membuat sebuah Frankenstein, tapi tak
seorangpun yang dapat membuatnya hidup. Bahkan semua ilmuwan di seluruh dunia
tidak bisa menciptakan sayap seekor lalat. Kita tidak bisa menciptakan makhluk
hidup sama sekali.
Dan ada sebuah pepatah yang
mengatakan “There’s no atheist in a
foxhole.” Yang berarti semua orang pernah mengalami panik dan putus asa. Pada
masa-masa itu mereka meminta bantuan tidak kepada siapapun, kecuali kepada Sang
Pencipta. Kata yang terucap adalah “Oh Tuhan
tolong aku” bahkan dari mulut seorang ateis.
Seorang penyair Inggris, Elizabeth
Browning dalam The Cry of the Human
menuliskan dua buah bait yang sangat indah “Dan
mulut mengatakan: Tuhan kasihanilah aku tapi dia tidak pernah mengatakan
terpujilah Tuhan.” Akan datang suatu masa ketika semua manusia dikumpulkan
pada hari kiamat dan mereka yang tidak pernah mengagungkan Tuhan memohon agar
Tuhan mengampuni mereka. Tapi bagaimana mungkin mereka mengharapkan ampunan
dari Tuhan yang tidak pernah mereka kenal dan tidak pernah sembah?
Do’a seorang skeptis adalah awal
yang bagus. Bagi kalian yang tahu bagaimana kisahku masuk Islam, ketahuilah
bahwa kisahku dimulai dengan do’a orang skeptis. Do’a yang kupanjatkan adalah “Oh Tuhan jika memang Kau ada...” Aku
bahkan tak yakin akan adanya Tuhan karena aku seorang ateis pada waktu itu. Banyak
orang berpikir bahwa aku orang Kristen dan aku masuk Islam melalui Kekristenan,
tapi itu tidaklah benar. Aku tadinya seorang ateis yang menjadi religius, yang
mencari kebenaran tapi tidak dapat menemukannya dalam Kekristenan. Akhirnya aku
menemukannya dalam Islam. Aku adalah seorang ateis yang berdo’a “Oh Tuhan jika Kau ada, tolonglah aku dan
tuntunlah aku.” Dan aku berjanji, jika Tuhan menuntunku ke dalam agama yang
paling menyenangkan-Nya, maka aku akan mengikutinya. Dan itu adalah do’a yang
dapat dilakukan siapapun. Berdo’alah kepada Pencipta kita seperti itu.
Jadi ketika kita melihat masa lalu,
kita akan melihat orang-orang terkenal membicarakan hal ini, Francis Bacon
berkomentar:
“Aku
lebih baik percaya semua dongeng dan legenda dalam Talmud dan Al-Qur’an
daripada percaya bahwa jagat raya yang sempurna ini tanpa ada yang
mengendalikan. Tuhan tidak pernah
menciptakan keajaiban untuk meyakinkan para ateis, karena ciptaan-Nya yang
biasa sudah cukup meyakinkan.”
Lebih banyak seseorang belajar
tentang keragaman hayati, maka seharusnya mereka tahu bahwa hal ini tidak
mungkin terjadi karena kebetulan. Sekali lagi, jika kita lihat teori evolusi,
bagaimana mungkin mereka malah menghasilkan kesempurnaan bukannya kekacauan?
Jika kita melihat sebuah gedung, maka kita tahu bahwa ada seorang arsitek, kita
melihat sebuah patung, maka kita tahu bahwa ada seorang pembuat patung, kita
lihat sebuah lukisan, maka kita tahu ada pelukisnya, tapi mengapa jika kita
melihat makhluk hidup, kita tidak mengenal adanya Pencipta?
Banyak orang gagal melihat aspek kehidupan
yang mereka anggap “tidak bersifat Ketuhanan.”
Mereka berkata “Bagaimana mungkin jika
Tuhan itu ada, tragedi ini dan itu masih saja terjadi?” Tapi siapa diri
kita sehingga berani mempertanyakan metode dari Pencipta kita? Ya, ada sebagian
bayi yang mati. Dan juga ada pepatah yang mengatakan “Siapa yang dicintai Tuhan, akan mati muda.” Dapatkah seseorang
mengerti pepatah ini? Aku mengerti. Hal itu masuk akal bagiku. Jika ada
siapapun yang ditanya “Apa yang lebih kau
inginkan, untuk melanjutkan hidup ini atau langsung pergi ke surga?” Mereka
tentu langsung ingin menuju surga. Jadi apakah kematian seorang bayi adalah
tragis? Menurutku, itu bukanlah kematian, itu adalah tahap menuju kehidupan
selanjutnya.
Banyak ateis angkat mengatakan “Bagaimana mungkin tragedi ini terjadi dan
kau masih menganggap Tuhan ada?” Dan aku hanya ingin memberitahukan bahwa
tidak semuanya merupakan tragedi bagi orang yang mengalaminya. Seorang anak
yang mati dan pergi ke surga, jika dia ditanya ketika mereka di surga, apakah
itu merupakan sebuah tragedi atau nikmat Tuhan, tentunya mereka akan mengatakan
“Ini adalah nikmat dari Tuhan.” Jadi semua
ini hanyalah menurut sudut pandang masing-masing orang.
Dan dalam kehidupan dunia ini,
orang-orang pilihan Tuhan-lah yang mengalami cobaan terbesar. Mereka
direndahkan oleh kaumnya sendiri, disiksa, dibunuh, anak-anak mereka ada yang
mati. Jadi kita harus mengerti bahwa hidup ini merupakan ujian. Hidup ini
adalah tempat membuktikan apakah kita layak menerima hadiahnya dalam kehidupan
akhirat. Surga itu diraih dengan usaha, kau meraihnya lewat kesusahan, bukan
dari kesenangan duniawi.
Satu hal yang ingin kusimpulkan
adalah tidak seorang pun yang ingin mengakhiri sebuah kejadian yang
menyenangkan dengan tragedi. Tidak seorang pun yang pergi bersenang-senang di
suatu kota, kemudian kecopetan, dan menyimpulkan “Wow, itu menyenangkan, aku ingin merasakannya lagi.” Tidak seorang
pun yang mengalami pengalaman paling menyenangkan tapi pada akhirnya berakhir
dengan sebuah tragedi yang menyedihkan, dan menyimpulkan bahwa itu
menyenangkan. Begitu juga, kita seharusnya tidak melihat hidup ini sebagai
waktu untuk bermain-main dan pada akhirnya malah masuk neraka di akhirat.
Tapi, seperti yang Allah firmankan
dalam Al-Qur’an “Kehidupan di dunia ini
adalah sedikit saja dari kesenangan hidup di akhirat.” Kesenangan duniawi
yang didapat para kriminal tidak setimpal dengan hukuman yang akan mereka
terima di akhirat.
Jarang ada makan siang gratis di
dunia ini. Setiap orang tahu, jika kau ingin dibayar dalam tempat kerjamu, maka
kau harus bekerja. Jika kau lalai, maka kau akan dipecat. Sebuah produk yang
tidak memuaskan akan dibuang. Jika kita diumpamakan sebuah produk dan kita
tidak memuaskan, maka kita akan masuk neraka.
Sekali lagi aku akan kutip ayat
Al-Qur’an “Dan Aku tidak menciptakan
golongan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku.” Jadi itulah pekerjaan
kita, untuk melayani dan menyembah Pencipta kita. Seperti yang dikatakan
Francis Bacon:
“Mereka yang menolak Tuhan berarti menghancurkan kehormatan
manusia. Karena pastinya jasmani manusia sama dengan hewan. Jika dia tidak
merindukan Tuhan dengan jiwanya, maka dia adalah hewan dan makhluk yang hina.”
Semoga kita semua dijauhkan dari
ateisme. Jika kau tidak percaya adanya Tuhan, maka jadi sukar untuk beribadah kepada
Tuhan. Solusinya adalah berdo’a dengan tulus dan meminta kepada Sang Pencipta “Oh Tuhan jika kau ada, maka tuntunlah aku
kedalam agama kebenaran. Dan jika memang ada agama kebenaran, maka aku akan
mengikutinya.” Jika kau berdo’a dengan ikhlas dan tulus, Insya Allah Sang
Pencipta menjawab do’a itu.
Sekarang kita akan mendiskusikan
agnotisme. Agnotisme adalah orang-orang yang tidak tahu bagaimana caranya agar
percaya pada Tuhan. Konsep agnotisme adalah a-nostik, “tidak mengetahui” atau
tidak dapat membuktikan. Dibaca dari huruf latinnya, “a” berarti tidak dan “nostik”
berarti pengetahuan.
Jadi mereka tidak dapat membuktikan
keberadaan Tuhan. Menurut definisi Thomas Henry Huxley yang menciptakan istilah
agnotisme, mereka bisa saja orang Kristen, seorang Yahudi, atau Muslim, dan
mereka dikategorikan agnostik. Maksudnya mereka percaya dan menyembah Tuhan, tapi
mereka tidak bisa membuktikan keberadaan Tuhan. Apa yang membuat hati seseorang
menjadi yakin tentang adanya Tuhan? Pengetahuan religius tidak seperti
pengetahuan akademis. Dia berasal dari hati dan juga intelektual. Pengetahuan agama
dan menjadi yakin akan adanya Sang Pencipta, merupakan hadiah dari Pencipta
kita.
Jadi seseorang bisa mengaku sebagai
seorang ateis atau agnostik dan ideologi
itu memuaskan mereka. Tapi ada banyak hal dalam kehidupan yang tidak dapat
dibuktikan. Misalnya kau tidak bisa melihat gravitasi. Pada dasarnya kau tidak
bisa melihat sebuah black hole,
meskipun ada bukti-bukti yang menunjukkan keberadaan black hole. Kau juga tidak dapat membuktikan rasa laparmu, kau
tidak dapat membuktikan sakit kepalamu. Kau dapat menunjukkan gejala-gejalanya
tapi kau tidak dapat membuktikannya. Kita mempercayai gravitasi, entropi,
lubang hitam. Emosi kita merasakannya dan ada bukti-bukti kuat yang menandakan
keberadaan mereka. Dan begitu juga bukti-bukti yang sangat banyak membuktikan
bahwa memang ada Sang Pencipta. Seseorang bertanya “Mengapa kau percaya adanya Tuhan?” Dan dia menjawab:
“Jika aku melihat jejak kambing, maka aku
tahu pasti ada domba atau kambing yang lewat. Jika aku melihat jejak kaki unta,
aku tahu pasti ada seekor unta. Dan jika aku melihat jejak manusia, maka aku
tahu ada orang yang lewat. Dan jika aku melihat makhluk hidup, maka aku tahu
adanya Sang Pencipta.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar