Diceritakan oleh : Ust Budi Ashari Lc
Modal Utama Manusia untuk Menjadi Khalifah Di Muka Bumi
Dalam Al-Quran, kata langit dan bumi seringkali disebutkan beriringan :
“..Aku mengetahui rahasia langit dan bumi..” (TQS 2:33)
“..Allah memiliki kerajaan langit dan bumi..“ (TQS 2:107)
“..milik-Nya lah apa yang di langit dan di bumi..“ (TQS 2:116)
“(Allah) pencipta langit dan bumi..“ (TQS 2:117)
dll..
Dari triliunan planet -mungkin lebih- yang ada di semesta ini, Allah mengarahkan pandangan-Nya ke bumi. Padahal dengan kemajuan ilmu pengetahuan sekarang kita tahu dan sadar, bumi ini sangat kecil, hanyalah setitik debu di alam semesta. Kenapa bumi yg dipilih Allah untuk disebutkan beriringan dengan langit?
Karena di sanalah.. ada manusia.
Mari kita lihat seperti apa kehebatan manusia, sehingga bumi yang menjadi tempat tinggalnya ini disandingkan dengan langit dalam Al-Quran, dan bukan planet-planet yang lain.
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.” (TQS Al-Ahzab : 72)
Dalam surat tersebut, disebutkanlah makhluk yang lebih besar dari manusia yaitu langit, bumi, dan gunung-gunung. Mereka semua dibandingkan dengan manusia. Manusia sungguh sangat kecil sekali, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan makhluk besar itu.
Namun dengan kejahilannya justru manusia mau memikul amanah itu. Padahal malaikat sudah mengkhawatirkan sejak awal ketika Allah berfirman bahwa akan menjadikan manusia di bumi sebagai khalifah.
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (TQS Al-Baqoroh : 30)
Sesungguhnya kekhawatiran malaikat ini sejalan dengan karakter manusia yang disifati dalam Al-Quran yaitu sangat zalim dan sangat bodoh. Bukan sekedar zalim dan bodoh, tetapisangat zalim dan sangat bodoh.
Dan memang terbukti dengan kezaliman dan kebodohannya itu manusia memimpin bumi ini, yang terjadi adalah dua hal yang dikhawatirkan malaikat tersebut, kerusakan dan pertumpahan darah. Seperti yang kita rasakan saat ini, telah banyak terjadi kerusakan dan pertumpahan darah di atas bumi yang kita tinggali ini. Persis seperti kekhawatiran malaikat.
Dari sinilah Allah sebenarnya memberi isyarat bahwa amanah yang dipikul manusia tidak akan berjalan dengan baik kalau sifat ini tidak diubah. Manusia yang awalnya zalim, harus merubah sifatnya menjadi adil. Yang awalnya bodoh, harus merubah sifat agar menjadi berilmu. Untuk kepentingan inilah Al-Quran diturunkan, agar manusia menjadi adil dan berilmu sehingga bisa menjalankan tugas kekhalifahan dengan baik. Karena itu,selama yang menjadi panduan untuk memimpin bumi ini bukanlah Al-Quran, kerusakan dan pertumpahan darah akan terus terjadi.
Allah tahu kalau manusia bisa mengemban amanah yang berat ini. Kalimat “Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” adalah sebagai jaminan Allah bahwa manusia bisa mengemban amanah ini kalau menggunakan solusi dari langit (wahyu). Dan di surat Al-Baqoroh ayat selanjutnya membuktikan bahwa manusia memang layak memimpin bumi.
“Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!” Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana” (TQS Al-Baqoroh : 31-32)
Allah Sang Pengajar Ilmu, telah mengajarkan nama-nama benda kepada Adam ‘alaihissalam yang dengan pengetahuan itulah dapat menjadi modal untuk memimpin bumi. Ibnu Katsirmenyebutkan bahwa asmaa (nama) yang dimaksud melingkupibenda (zatnya) dan af’al (keilmuan seperti kedokteran, psikologi, sosiologi, dll)
Peradaban Jahiliyah
Jahiliyah dalam Al-Quran dibagi menjadi empat jenis, yaitujahiliyah dalam hal keyakinan (QS Ali-Imron : 154), jahiliyah dalam hal hukum (QS Al-Maidah : 50), jahiliyah dalam hal penampilan (QS Al-Ahzab : 33), dan jahiliyah dalam hal fanatisme (QS Al-Fath : 26).
Al-Quran menyebutkan bahwa peradaban sebelum datangnya Islam adalah peradaban jahiliyah, yaitu pada masa kekuasaanPersia dan Romawi. Dua peradaban tersebut sama-saama jahiliyah walaupun Romawi mempunyai kitab sebagai panduan sedangkan Persia tidak. Penduduk Romawi beragama Nasrani, namun merupakan ahlul kitab yang sesat. Sedangkan Persia lebih parah lagi, penduduk Persia adalah orang-orang majusi yang tidak mempunyai kitab.
Surat Ar-Rum ayat 7 menggambarkan kehidupan peradaban Romawi saat itu.
“Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia; sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai.” (TQS Ar-Rum : 7)
Sehebat apapun ilmuwan-ilmuwan dan teknologi canggih yang ada, tanpa petunjuk dari Al-Quran sebenarnya pengetahuan itu terbatas dan kecil. Hatinya tak bersambung dengan benda-benda itu, perasaannya tidak bersambung dengan hukum-hukum yang terdapat di dalamnya. Maka ia akan terus melihat tapi seakan-akan tak melihat. Mereka hanya mengetahui wujud yang lahir saja dan gerakan yang terus berputar, tanpa mengetahui hikmahnya, serta tak hidup dengannya dan bersamanya.
Peradaban Islam
Dunia yang saat itu gelap tanpa cahaya, diamanahkan kepadaRasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk diberikan petunjuk. Bukan hanya satu kota, atau satu negara, tapi seluruh dunia ini. Bayangkan betapa hebatnya kekuatan beliau.
Dr. Abdul Majid M. Ali Al Ghiliy bukunya Bagaimana Al-Quran Memprogram Kehidupan mengungkapkan tentang cara baru membaca Al-Quran berdasarkan urutan turun.
Jilid pertamanya berisi 38 surat Al-Quran yang pertama kali turun bersama tafsirnya. Beliau menyebutkan bahwa angka 38 adalah suatu ketidaksengajaan. Ia berhenti di surat ke 38 karena saat masuk ke surat 39, tema pembicaraannya sudah berbeda. 38 surat yang pertama turun tersebut berbicara tentang perbaikan individu. Saat masuk ke surat 39, temanya berganti pada perbaikan masyarakat. Maka beliau memutuskan jilid pertama berisi 38 surat, yang ternyata 38 surat tersebut adalah isi dari 1/3 Al-Quran. Dugaan beliau, 1/3 kedua dimulai dari surat ke-39 bertemakan tentang perbaikan masyarakat dan 1/3 terakhir akan berisi surat-surat madaniyah yang bertemakan tentang konsep perbaikan negara.
Dari sini dapat terbayang bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bisa sukses memperbaiki dunia dan menyebarkan Islam, bahkan menutup peradaban-peradaban besar (Romawi dan Persia) yang sudah berjalan beratus-ratus abad hanya dalam waktu kurang dari seperempat abad saja, hanya 23 tahun.
Umat Islam saat ini terpuruk bukan karena musuh yang dihadapi lebih kuat dibandingkan pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tetapi karena sedang jauh dari Al-Quran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar